Monday, August 25, 2014

Jilbab, Koko, dan Jenggot

Ada yang sejuk dalam atmosfir remaja saat ini. Paling tidak, atribut yang dikenakan remaja sekarang lebih ‘hijau’. Bukan berarti ikutan program penghijauan, lho. Bener-bener sejuk dan enak dipandang mata. Yang laki tampil kalem dengan baju koko dan jenggot. Yang konon kabarnya adalah aksesoris ‘wajib’ anak masjid. Meski untuk urusan jenggot, belakangan teman-teman remaja—khususnya yang putri— juga dibikin pusing tujuh keliling. Pasalnya, tidak semua yang berjenggot itu adalah ‘ikhwan’. Malah banyak juga anak Ska dan funky yang ‘nyantolin’ jenggotnya di dagu mereka. Malah pake acara dicat segala.

Dan yang putri saat ini sedang betah memakai jilbab. Mudah-mudahan selamanya. Sekarang remaja memang tengah gandrung dengan Islam. Tentu saja merupakan perkembangan yang sangat menggembirakan.

Terus, Brur. Nggak hanya itu, ternyata teman-teman remaja juga mulai getol mengikuti dan ngadain kajian-kajian keislaman. Untuk melegalkan kegiatannya, mereka ramai-ramai mendirikan orga­nisasi remaja. Coba, udah nggak keitung jumlahnya organisasi remaja masjid.

Di Jakarta saja, remaja masjid yang udah berkibar dengan kegiatan-kegiatan keislamannya lumayan banyak. Ada RISKA (Remaja Islam Sunda Kelapa), Remaja Masjid Cut Mutia, Remaja Masjid Pondok Indah, malah ada juga aktivis Labmend alias Laboratorium Mental Dakwah, dan sebagainya. Tentu saja perkembangan seperti ini perlu terus dipantau dan diarahkan. Soalnya, bila nggak ada bimbingan, khawatir remaja malah cuma ikut-ikutan saja. Sayang kan? Maka, maraknya jilbab, baju koko, dan jenggot yang begitu kental di kalangan remaja seusia kamu harus disikapi dengan serius. Tentu setelah itu adalah diarahkan.

Pekatnya semangat keislaman di kalangan remaja ini diharapkan sebagai counterattack terhadap maraknya budaya pop remaja yang cenderung hura-hura dan bebas nilai. Pembinaan intensif yang mendalam dan jernih serta terarah menjadi keharusan, dan akan mampu menumbuhkan remaja Islam yang handal. Tidak saja mampu menjaga dirinya, tapi juga menularkan kebaikan itu kepada kawan-kawannya. Remaja model begini, bakal mampu menyelamatkan generasi muda dari bahaya kerusakan dalam kehidupannya.



Harus Militan

Perlu diwaspadai, bahwa suasana ini bukan berarti tanpa batu sandungan. Maraknya ‘aksesoris’ Islam yang dikenakan remaja bukan tanpa masalah. Persoalannya adalah, sejauh mana remaja gandrung dengan Islam. Apakah sebatas trend saja atau memang murni muncul dari kesadaran? Ini yang harus perhatikan. Bila itu terbukti cuma trend, tanpa didukung dengan kesadaran dan pasokan tsaqofah yang kuat, bisa berbahaya. Kenapa? Bukan tak mustahil bila kemudian geraknya seperti gaya dewa mabok alias acak-acakan (random move), lalu ambruk dan nggak bangkit lagi. Menyakitkan, bukan?

Jadi gimana, dong? Gini sobat, kita tentu gembira dengan prestasi sebagian dari kamu yang getol menyuarakan Islam. Itu sudah kemajuan tersendiri di tengah haru-birunya budaya Barat yang meracuni pemikiran dan gaya hidup remaja seusia kamu. Artinya, semangat kamu yang menyala-nyala untuk mendakwahkan Islam harus didukung dengan tsaqofah Islam yang tinggi. Dengan kata lain, jangan cuma semangat doang. Tapi harus ada ‘isi’nya. Supaya nggak diledekin dengan peribahasa Tong kosong nyaring bunyinya.

Semangat kamu memakai jilbab, harus didukung pula dengan kajian Islam yang benar. Bukan apa-apa, ketika kamu mengenakan jilbab, pastikan bukan cuma ikut-ikutan atau karena latah mengikuti mode yang berkembang. Tapi harus dipahami sebagai sebuah kewajiban bagi seorang muslimah. 

Inilah yang bakal melahirkan generasi Islam yang militan. Tahu kan militan? Ya, idealislah. Atau mungkin bisa juga disebut ‘garang’. Pokoknya, kental banget nilai-nilai Islamnya. Bukan cuma aksesorisnya saja, tapi juga tsaqofah alias ‘isi’nya. Supaya tahan goncangan, terutama bila harus berhadapan dengan kenyataan yang ditemui di lapangan. Tahan banting deh.

Jadi ketika kamu yang cewek berani membakar bikini dan enjoy dengan jilbab, pastikan bahwa nilai Islam itu juga mampu memenuhi pikiran dan perilaku. Soalnya, malu dong, kalo ternyata kamu berjilbab cuma untuk jual tampang doang. Apalagi Islam tak sampai menyentuh sikap dan perilaku kamu. Bahaya bin gawat. Bukan apa-apa, nanti bila kamu terjebak dalam pergaulan bebas, misalkan. Temen-teman kamu yang masih ‘umum’ berkomentar menyakitkan. Tak mustahil bila mereka memukul rata alias mengeneralisir sikap kamu itu untuk semua yang pakai jilbab. Berabe kan? Maka, mulai sekarang isi juga tuh kepala kamu dengan tsaqofah Islam. Supaya pemikiran dan perilakunya juga Islami. Ini termasuk buat yang cowok juga. Bener, nggak?

Supaya bisa begitu gimana? Begini, harus dipahami bahwa Islam bukan cuma teori. Yang hanya bisa dijumpai dalam kitab-kitab atau ilmu ulama. Catet itu. Bener, Brur! Islam bukan cuma teori. Kalau ada yang ngotot mengatakan bahwa Islam itu hanya teori doang, salah besar. Berarti doi nggak paham dengan Islam itu sendiri. Padahal Rasulullah saw dan para sahabat sudah mempraktekkan masalah ini sehingga melahirkan satu umat yang mulai dan tangguh dalam wadah sistem masyarakat Islam di Madinah yang kemudian menjadi pusat dakwah Islam ke seluruh dunia.

Sobat, Islam itu agama yang sempurna yang tidak saja mengatur urusan akhirat, tapi juga menata kehidupan dunia. Islam nggak cuma ngurusi sholat dan puasa doang, tapi juga mengatur bagaimana menyelesaikan problem ekonomi, politik, pendidikan, dan sebagainya. Dan memang Islam itu wajib direalisasikan dalam kehidupan. Bila ini yang ditempuh, tak mustahil akan muncul generasi yang mulia dan hebat. Firman Allah SWT: “Kamu adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang makruf dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah.” (Ali Imran: 110).

Sikap militan seperti itu tentu akan mudah membedakan mana yang biasa-biasa saja, mana yang sungguh-sungguh. Bahkan semudah membedakan mana warna hitam dan mana warna putih. Tentu saja karena sangat kontras. Bener nggak, Non?

Bayangkan, bila aktivis Islam cuma mengandalkan semangat, sementara ia mengabaikan tsaqofah Islam. Maksud mengabaikan di sini adalah tidak mempelajarinya. Itu sangat berbahaya. Mungkin mbahnya bahaya. Pokoknya bahaya banget deh. Ada contoh menarik, masalah seperti ini pernah dimuat Republika tanggal 8 Januari 1997. Dalam laporan tersebut, sejumlah anak muda yang melakukan Dakwah On the Street (DOS)—yang merupakan salah satu kegiatan dari Labmend—menebarkan kartu ucapan ‘Selamat Datang Ramadhan’ pada pe­ngendara mobil di Jakarta. Lucunya, remaja-remaja yang ikutan ternyata tidak dididik untuk memahami syariat yang sudah lumrah sekalipun. Mereka yang putri dengan enaknya hanya mengenakan celana jins dan T-Shirt model ketat. Heboh kan kalo ada ‘aktivis’ dakwah model begitu? Kasihan memang!



Cap Eksklusif

Sebutan ini kerap dialamatkan kepada para aktivis dakwah di sekolah. Kayaknya nggak rela kalo ada remaja yang tadinya bandel kemudian berani tampil beda menjadi aktivis masjid, sering dinilai eksklusif. Atau malah diisukan nggak mau gaullah, atau nggak mau gabung sama teman-teman yang bukan anak masjidlah. Bau sorgalah. Macam-macam sebutannya. Yang ujung-ujungnya ternyata mencap para aktivis dakwah di sekolah sebagai orang-orang khusus dan elit. Waduh, berabe juga. Malah tak jarang yang sebetulnya sinis dengan aktivitas anak-anak masjid.

Tapi ingat, teman-teman remaja yang terlanjur dicap eksklusif jangan keterusan geer. Justeru harus bisa merangkul mereka. Mau ngajak mereka dalam kegiatan yang kita buat. Siapa tahu lambat laun mereka bisa mencabut cap eksklusif kepada anak masjid. Karena memang kita nggak diajarkan oleh Rasulullah untuk merasa lebih tinggi dibanding yang lain. Kita harus ngefloor. Tentu saja, itu kan lahan dakwah kita.

Yakin deh, bahwa sikap mereka mencap kita sebagai golongan eksklusif karena mungkin menganggap kalo kita itu udah beda ‘maqam’-nya dengan mereka. Padahal kan tidak begitu. Mereka juga harus bisa seperti kita. Iya, nggak? Iya dong. Masak yang masuk surga cuma kita.



Menuju Kebangkitan

Maraknya jilbab, koko, dan jenggot di kalangan remaja, bagi sebagian orang dinilai sebagai awal dari sebuah kebangkitan Islam. Bisa jadi benar pendapat itu. Hanya saja, jangan kemudian berpuas diri melihat perkembangan seperti itu. Bukan apa-apa, sobat, bila tak didukung dengan peningkatan pola pikir bisa berbahaya.

Kata ‘kebangkitan’ dalam kosa kata bahasa Arab disebut An Nahdlah. Ustadz Hafizh Shalih dalam kitabnya An Nahdlah menyebutkan bahwa suatu bangsa/kaum/individu yang maju dan bangkit adalah mereka yang mempunyai pemikiran-pemikiran yang tinggi (Al Fikru raqiy), sedangkan dalam kitab Hadits As Shiyam disebutkan bahwa An Nahdlah itu mengacu pada meningkatnya taraf berpikir. Disebutkan pula bahwa meningkatnya taraf ekonomi bukan indikasi kebangkitan. Buktinya? Kuwait dan Arab Saudi adalah negara kaya raya, tapi nggak mampu membawa negaranya atau Islam untuk bangkit dibanding Amerika atau negara-negara di Eropa. Mereka dikatakan negara maju, meski taraf ekonominya dibawah Saudi dan Kuwait.

Demikian juga keluhuran akhlak, bukan jaminan menuju kebangkitan. Dengan kata lain, tingginya akhlak bukan indikasi kebangkitan. Mau contoh lagi? Madinah, saudara-saudara. Negeri ini terbilang luhur akhlak dan budi pekertinya. Penduduknya ‘kalem-kalem’ dan sopan. Tapi ternyata Madinah nggak mampu bangkit dan memang tidak disebut maju ketimbang Perancis dan Jerman. Semua orang sepakat bahwa Perancis dan Jerman termasuk maju, padahal moralnya amburadul. Benar, nggak?

Nah, bicara soal kebangkitan ini, kita harus tahu bahwa ada yang disebut dengan kebangkitan yang benar dan ada pula kebangkitan yang nggak benar. Walaupun sama judul­nya bangkit. Nahdlah As Shohihah (kebangkitan yang benar) adalah kebangkitan yang diletakkan atas asas ruhiyah, artinya kebangkitan yang dibangun dengan landasan pemikiran yang mengaitkan segala aktivitas manusia dengan Allah SWT, sebagai pencipta dan penguasa alam semesta. Yakni dikaitkan dengan perintah dan larangan-Nya. Kebangkitan yang tidak ditegakkan atas asas ruhiyah, maka kebang­kitan itu adalah tidak shohih alias tidak benar. Buktinya berdirinya Uni Sovyet yang diawali dengan kebangkitan partai komunis pada revolusi Bolsyevik malah akhirnya jatuh ter­sungkur secara memalukan diawal tahun 90-an. Malah sebentar lagi kapitalisme Amerika dan negara-negara yang menjadi ‘budaknya’ akan menyusul ke ‘liang kubur’. Benar nggak Brur?

Yap. Satu-satunya kebangkitan yang benar adalah kebangkitan yang dilandasi oleh fikroh Islamiyah (pemikiran Islam), karena kebangkitan itu sajalah yang merupakan peningkatan taraf berpikir yang ditegakkan atas asas ruhiyah. Bahkan Allah SWT telah menjamin tegaknya Islam ketimbang ideologi kufur (kapitalisme dan sosialisme). Firman-Nya: “Dan Allah menjadikan seruan orang-orang kafir itulah yang rendah. Dan kalimat Allah itulah yang tinggi. Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (At-Taubah: 40).



Tips Menuju Kebangkitan

Berat nggak Non, bacanya? Nggak dong, ya! Sekali-kali boleh aja kajiannya berat begini, tapi yang pasti nggak bakal membuat kamu puyeng 100 kali keliling. Suer, ini semua demi kebaikan kamu.

    Text Box: Buletin Studia terbit setiap Senin, untuk Membina Kepribadian Remaja. Penerbit: Forum Studi Islam Remaja. Alamat: Jln. Raya Baru Kemang No.. 20 – BOGOR. Telp. 0251-378146, 333379, HP 0812-9332991, E-mail: buletin_studia@hotmail.com; Penyunting: Abu Fadhlan, Yusuf Hanafi. Pemasaran: Muadz. Untuk berlangganan hubungi alamat di atas. Infaq Rp 200,-/eks. Minimal 100 eksemplar.

Nah, ada tips untuk menuju kebangkitan. Kamu sudah tahu kan bahwa landasan kebangkitan Islam itu adalah aqidah Islam yang bertujuan untuk melanjutkan kehidupan Islam dengan terwujudnya syariat Islam secara paripurna di seluruh dunia. Untuk mewujudkan itu semua perlu langkah riil. Apa itu? Pertama, hendaknya remaja muslim menyadari perjuangan dakwah dan memahami Islam sebagai sebuah ideologi (akidah dan syariat) yang akan mengatur seluruh aspek kehidupan. Kedua, remaja muslim kudu sadar akan tugasnya dalam dakwah untuk meninggikan kalimat Allah di seluruh pelosok dunia, bahwa tugas itu nggak mungkin dilakukan sendiri-sendiri tapi harus bersama-sama secara sistematis. Ketiga, remaja muslim mesti mantap dalam tsaqofah Islamiyah-nya. Kenapa? Agar mampu menangkal berbagai ide sesat yang jelas bertentangan dengan Islam.

Insya Allah, jika remaja Islam juga paham akan kebangkitan yang hakiki, maka Islam akan cepat bangkit dan akan tumbuh memenuhi seluruh pelosok dunia. Sabda Rasulullah saw.: “Perkara ini (Islam) akan merebak ke segenap penjuru yang ditembus malam dan siang. Allah tidak akan membiarkan satu rumahpun, baik gedung maupun gubuk melainkan Islam akan memasukinya sehingga dapat memuliakan agama yang mulia dan menghinakan agama yang hina. Yang dimuliakan adalah Islam dan yang dihinakan adalah kekufurnan.” (HR. Ibnu Hibban dalam kitab shahihnya)

Mengemban dakwah adalah tanggung jawab bersama, termasuk remaja. Makanya, maraknya jilbab, koko dan jenggot sebagai perwujudan dari tumbuhnya kesadaran dalam diri remaja harus didukung dan diarahkan supaya bisa menopang dakwah Islam dan segera menuju kebangkitan Islam yang hakiki. Ingat ya, Brur! Maraknya jilbab, baju koko, dan jenggot jangan cuma ikut-ikutan trend dan sifatnya simbolik saja. Remaja macam kamupun wajib tahu kemana arah kebangkitan Islam ini. Harus itu!

Gimana, paham kan? n




0 comments:

Post a Comment