Thursday, August 21, 2014

Musuh Itu Bernama Narkoba

Genderang perang sudah ditabuh untuk melawan narkoba. Ini tidak main-main. Suer, kamu bakal menyaksikan perang ‘bubat’ memburu musuh bersama; narkoba. Nggak tanggung-tanggung, orang nomor wahid di negeri ini pun telah menyetujui ancaman hukuman mati bagi para pengedar narkotik dan obat-obatan terlarang (narkoba). Ia menegaskan bahwa pemerintah akan mengeraskan sikap terhadap para pengedar narkoba, jika perlu dengan hukuman mati (Media Indonesia, 7 Desember 1999).
Nah, lo, bikin sport jantung kan? Terutama bagi para pengedar dan bandar narkoba. Kelihatannya sih emang nggak main-main. Soalnya, narkoba sekarang sudah jadi musuh bersama. Hampir semua orang mengutuk barang laknat itu. Dan dengan tegas mencap haram. Walhasil, kita menyaksikan mereka membakar dan menghancurkan tempat-tempat yang diduga kuat sebagai tempat ngumpul para aktivis nge-fly alias para drugs-mania.
Sudah begitu parahkah penyakit rekan-rekan remaja kita? Wow, bukan hanya mereka, narkoba telah jadi santapan favorit di luar chiki bagi anak SD. Ah, mengerikan!


Sekali Coba Binasa
Tanpa maksud nakut-nakutin, tapi memang gawat banget urusannya kalo udah lengket sama narkoba. Makanya jangan coba-coba. Emangnya sulap? Ini bukan sulap bukan sihir. Tapi kejadian nyata. Narkoba mampu membikin kamu puyeng tujuh keliling, dan yang namanya ketagihan itu sudah pasti. Kamu bakal jadi pecandu. Tentu saja kamu bakal jadi orang yang bergantung terus dengan barang durjana itu. Nggak percaya? Putauw, sebagai anggota narkoba, itu bisa membuat kamu lengket dengannya. Saking lengketnya, kamu ogah berpisah dengan barang haram itu. Bahkan kamu seolah sudah menyatakan sumpah setia untuk mengikuti ‘kehendaknya’—bila perlu cap jempol darah (hi..hi..hi..). Sekalipun kamu harus tersiksa saat sakauw, tapi kamu tetap membutuhkannya, meski tangan merogoh kocek dalam-dalam. Hih, syerem!
Kamu tahu tentang AIDS kan? So, pasti kamu kan bukan PKI alias Pemuda Kurang Informasi. Nah, yang satu ini ternyata akrab dengan para pecandu narkoba. Nggak percaya? Nih buktinya. Dari studi yang dilakukannya, pakar AIDS Dr. Zubairi Djoerban mengajukan beberapa bukti keterkaitan narkoba dan HIV/AIDS. Dia mengemukakan dalam beberapa bulan terakhir, sampai dengan bulan Oktober 1999, pasien baru yang didiagnosis atau dirujuk kepadanya—selaku spesialis penyakit dalam—biasanya 1-2 orang dalam satu bulan. Dia juga menambahkan bahwa dalam tiga minggu pertama bulan November 1999, menemukan sembilan kasus baru infeksi HIV/AIDS, dan tiga diantaranya pecandu narkoba
Hih, mengerikan banget. Lebih menyeramkan lagi adalah penelitian beliau melalui Yayasan Pelita Ilmu yang diketuainya tentang penelitian pendahuluan terhadap ABG di daerah Blok M, yang memperlihatkan adanya 7,5 % di antara mereka merupakan pecandu narkoba dan 12,3 % lainnya terlibat seks bebas(Media Indonesia, 30 Nopember 1999).
Kita memang tak bisa menutup mata dan telinga terhadap kasus-kasus yang menimpa rekan-rekan remaja. Persaudaraan antara seks bebas dan narkoba telah menjadi gaya hidup baru di kalangan remaja perkotaan—meski tak menutup kemungkinan itu terjadi pula di desa-desa. Kalo udah gitber alias giting berat (khusus pecandu ganja alias rasta mania), apa pun akan dilakukannya dengan memenuhi rasa ‘haus’nya . Bila perlu. Itu tadi. Ngeseks euy!
Kamu kudu yakin bahwa tingkah rekan kita yang seperti itu sebenarnya bukan hanya bahaya buat dirinya sendiri, tapi juga bakal ngerembet ke orang lain. Soalnya, beda dengan ngajak orang pergi ke mesjid yang susahnya minta maaf. Tapi kalo ngajak ngedrugs, gampangnya bukan main, rasanya kaki ringan banget ngelangkahnya. Dengan iming-iming bisa bikin ngilangin stres atau ancaman kagak solider, teman kamu yang kendor imannya bakal sukarela jadi anggota pear group yang senantiasa kompak kalo lagi sakauw. Padahal ujung-ujungnya kalo ada yang sekarat saat sakauw berjamaah itu, bakal ditinggalin. Kagak bakalan diurus. Nggak peduli nyungsep di tempat jin buang anak apa nggak. Yang jelas, mereka sangat ketakutan bila ada anggota pear groupnya yang sekarat.
Makanya, berteman itu dengan orang yang mampu membina kita dalam kebaikan, bukan malah membinasakan kita. Kamu bakalan terus diburu rasa was-was dan takut bukan main bila ternyata lingkungan kamu malah menjebak kamu dalam suasana yang seperti itu. Makanya perlu ada penyelesaian yang jitu untuk kasus model begitu. Kata pepatah, Lebih baik menyalakan sebatang lilin ketimbang terus menerus mengutuki kegelapan. Jadi, harus dimulai dari sekarang, sekecil apa pun usaha kita.

Stop Narkoba!
Masalah narkoba ini memang sepertinya nggak bakal kelar-kelar, bila tak melibatkan semua komponen masyarakat dan negara. Suer, soalnya, yang terjadi sekarang ini ibarat orang memadamkan kebakaran, tapi membuat kebakaran baru. Sebagian semangat menjegal, eh, sebagian masyarakat lain malah nggak peduli, bahkan semakin meningkatkan operasinya. Ibarat pelacuran, yang getol melarang banyak, tapi tak sedikit pula yang membuka tempat-tempat pelacuran. Malah lucunya, pemerintah menyediakan tempat-tempat lokalisasi. Ya, bisa ditebak hasilnya, kagak beres-beres. Muter aja, kalo nggak mau disebut cuma jalan di tempat. Yang ada malah bikin stres. Kenapa? Soalnya, kita nggak bisa cuma merusak tempat-tempat yang diduga kuat sebagai sarang para pelaku sakauw. Juga bukan hanya menyediakan rumah sakit khusus dengan fasilitas mewah untuk menangani perawatan korban narkoba. Dan nggak hanya terus nangkepin pengguna dan pengedarnya tanpa ada tindakan berarti dan membekas dari pemerintah. Jadi, model penanganan yang harus dilakukan adalah bagaimana memberikan pemahaman kepada masyarakat bahwa narkoba itu bukan hanya bahaya bagi kesehatan, tapi lebih dari itu bahwa narkoba adalah barang haram dan pelakunya jelas masuk dalam daftar aktivis yang melakukan perbuatan dosa. Tentu saja, perbuatan tersebut akan diminta pertanggungjawabannya di hadapan Allah swt. Dan—ini nggak boleh meleng—pemerintah harus mampu menunjukkan sebagai pengayom rakyat dengan menerapkan aturan dan sanksi yang tegas terhadap para pelaku maksiat.
Coba aja bayangin, kalo nggak ada tindakan tegas dari penguasa, para pengedar dengan leluasa masuk ke negeri ini dari berbagai negara. Tabloid AKSI vol. 4 No. 200 (30 Nopember –2 Desember 1999) menurunkan berita seputar narkoba. Beritanya? Ternyata peredaran narkoba di negerinya Si Komo ini melibatkan sindikat internasional. Kapolri Jenderal Roesmanhadi, yang dikutip AKSI, menyebutkan bahwa berbagai jenis kokain dan heroin masuk ke Indonesia melalui jalur udara, laut dan darat. Bubuk itu ada yang datang bersama penumpang (body wraping/swallowed) maupun disembunyikan dalam barang bawaan dan kiriman. Kapolri juga menyebutkan bahwa daerah asal heroin dari the golden triangle dan kokain berasal dari Kolombia, Peru dan Brazilia. Para penyelundup dari Guang Zhou (Cina) pun yang membawa sabu-sabu alias nethamphetaine bebas melenggang. Bahkan lebih menyedihkan lagi—ini sudah menjadi rahasia umum—banyak aparat yang lebih suka menjadi pengguna bahkan pengedar ketimbang meringkus para user dan pengedar narkoba. Kalo sudah begini, rasanya dunia begitu sempit kawan. Maka nggak ada jalan lain kecuali menstop laju narkoba.

Barang Haram
Mungkin saja, teman-teman kamu yang terlibat narkoba ada yang nggak ngeh kalo ternyata barang tersebut adalah termasuk daftar barang haram dalam pandangan Islam. Bukan nuduh, kita sih, pede aja lagi. Soalnya, banyak juga temen-teman kamu yang ngakunya muslim, tapi terlibat dalam kasus ini. Jelas, bahwa beliau tidak ngerti dan nggak paham seputar barang tersebut. Soalnya, bisa jadi informasi seputar narkoba dalam pandangan Islam belum menyentuhnya. Kemudian yang paling parah adalah, lingkungan tempat kawan-kawan itu kita bergaul amburadul. Jadinya klop alias cooocok!
Jadi, perlu diberi penjelasan bahwa narkoba itu, apa pun jenisnya; dari mulai ganja alias cimeng, heroin, kokain, ekstasi, sabu-sabu, putauw dan saudara-saudaranya itu adalah barang haram. Sabda Rasulullah saw: “Segala yang mengacaukan akal dan memabukkan adalah haram” (HR. Imam Abu Daud).
Syeikh Ibnu Taimiyah sebagaimana yang dikutip Sayyid Sabiq dalam Fiqh as-Sunah, menyatakan bahwa hadits tersebut mencakup segala benda yang merusakkan akal tanpa membeda-bedakan jenis dan tanpa terikat cara pemakaiannya, baik dimakan, diminum, dihisap, disuntik dan sebagainya. Maka benda-benda yang merusak akal tersebut, termasuk putauw, ekstasi dan sejenisnya dari anggota narkoba, jelas terkategori haram. Dan sebagaimana pedoman Islam setiap padaku perbuatan haram akan diganjar dengan hukuman.
Bagaimana dengan para penjualnya? Adalah hal yang menggelikan bila sekarang ini hanya dikenakan sanksi bagi para pemakai tapi membiarkan penjualnya berkeliaran dengan bebas. Dalam hal ini terdapat kaidah umum dari para ulama yang berbunyi: “Apa saja yang diharamkan, maka diharamkan pula dijualbelikannyaي”. Kaidah ini berlandaskan kepada hadits Rasulullah saw dari Ibnu Abi Syuaibah: “Jika Allah mengharamkan sesuatu, maka haram pula harganya (yang diperoleh dari benda tersebut).

Terus Gimana?
Ya, pertanyaan keren. Kamu harus gaul juga soal hukum-hukum Islam, bukan cuma gaul soal artis en film-film doang. Soalnya, mau nggak mau kita hidup itu kan untuk ibadah. Makanya, segala aktivitas kita itu harus sesuai dengan tuntunan dan tuntutan Allah swt dan Rasul-Nya. Nah, supaya semuanya bisa bernilai ibadah, maka gaul soal hukum-hukum Islam jadi wajib buat kamu. Soalnya, kalo udah tahu mana yang salah dan mana yang sholeh, udah ngeh mana perbuatan yang tercela dan mana perbuatan yang terpuji, kamu bisa mengendalikan diri. Bahkan siapa tahu kamu juga bakal bisa mengajak teman kamu untuk ngikuti dalam kegiatan keislaman yang kamu bikin.
Seperti kesepakatan semula, bahwa masalah ini nggak berdiri sendiri. Maka penyelesaiannya pun nggak bisa sepotong-sepotong, tapi harus total alias menyeluruh dan melibatkan semua sektor. Pertama, kamu kudu melindungi dirimu dengan baju takwa. Bukan hanya jilbab atawa baju koko. Tapi maksudnya dengan ketakwaan yang tulus kepada Allah swt dan Rasul-Nya. Tahu kan takwa? Pendek kata, kamu wajib melaksanakan segala perintah Allah dan Rasul-Nya dan tentu saja berbarengan dengan itu, kamu juga kudu menjauhi atau meninggalkan apa yang telah dilarang oleh Allah dan Rasul-Nya. Yakinlah, bahwa Allah akan menyelamatkan kamu, jika kamu sendiri berusaha untuk menyelamatkan dirimu dari kebinasaan.
Kedua, kamu suka nonton bola? Nah, kalo suka, kamu pasti kesel dong, bila ada salah satu pemain dari klub favorit kamu bermain jelek, misalnya masukin ke gawang sendiri dengan sengaja. Wah gondoknya bukan main. Minimal kamu nyumpahin atau malah sampai ngutuk. Nah, sama saja, bila kamu melihat teman kamu berbuat salah, idealnya orang yang di sekitarnya juga mencap bahwa kelakuan teman kamu itu salah dan kemudian melakukan tindakan pencegahan atau memberikan teguran. Jadi, perlu adanya kontrol masyarakat yang ketat. Karena walau bagaimana pun juga individu itu bagian dari sebuah masyarakat. Bila masyarakatnya amburadul, tak mustahil individunya ikut-ikutan senewen. Soalnya, mau nggak mau pengaruhnya pasti ada—sekecil apapun. Dan yang terakhir, perlu ada kekuatan dari orang nomor satu—secara lebih luas penguasa—di negeri ini untuk membuat menerapkan aturan dan sanksi yang tegas. Tentu bukan hanya NATO alias No Action Talk Only tapi membuat seperangkat aturan yang baku dan terperinci.
Kita yakin, bila tiga pilar penegakan hukum itu berfungsi, maka tak ada tempat bagi para user dan pengedar narkoba. Jangankan narkoba, kasus-kasus lainya yang menjurus kepada kemaksiatan bakal ogah muncul. Dan kalo pun nekat muncul, pasti bakal dibabat habis.
Kondisi seperti ini memang hanya akan terjadi jika ikatan kebersamaan antar individu itu kuat. Pemikiran kita seragam, perasaan kita kompak, dan tentu saja kita sepakat bahwa pemikiran dan perasaan yang seragam itu hanya bisa tumbuh dan berkembang dalam naungan negara yang menerapkan aturan yang sama pula. Dan kamu harus inget-inget, bahwa  pemikiran, perasaan dan aturannya adalah Islam. Nah, kondisi seperti ini yang nantinya bakal melahirkan kebersamaan dalam gerak dan menentukan sikap. Kalo itu salah, maka kamu semua sepakat membenci bahkan mengutuknya. Dan tentu saja, jika benar, maka kamu semua dengan tulus mengatakan benar. Dengan demikian kamu bisa ngomong sekarang; narkoba adalah musuh bersama!
Gimana?

0 comments:

Post a Comment